PDM Kota Blitar - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Blitar
.: Home > Artikel

Homepage

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

.: Home > Artikel > PDM
19 April 2012 17:01 WIB
Dibaca: 5156
Penulis : H. R Riyanto

 

Pendahuluan

Perbuatan yang menjadikan pelaku dan korbannya memperoleh keberuntungan dan kebahagiaan dunia akherat adalah “ Amar ma’ruf nahi munkar”. Allah yang Maha Bijaksana telah menginformasikan dengan firman-Nya.“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar  ; mereka itulah orang - orang yang beruntung” ( Ali Imron ayat 104 ).

Pengertian

Berdasarkan keterangan sebagaian kitab tafsir, “Al- ma’ruf” berarti apa yang dianggap baik oleh syariat dan akal, sedang  “munkar” ialah lawan katanya. Ada juga yang memberikan pengertian bahwa “ Al- ma’ruf” adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah, sedangkan “munkar” ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari Allah. Amar ma’ruf yaitu mengajak untuk melakukan kebajikan, ketaatan kepada  Allah dalam beragama, sedang nahi munkar yaitu melarang atau mencegah untuk melakukan kejelekan yang dilarang oleh Allah.

Melihat realitas

Kalau kita mencoba melihat al-ma’ruf atau kema’rufan atau amar ma’ruf dengan tidak melihat dunia atau Indonesia tapi kita mencoba melihat di daerah  kita bertempat tinggal yaitu di Blitar dan sekitarnya, maka patut kiranya kita bersyukur dengan adanya gerakan Amar ma’ruf  misalnya :

1.    Semakin banyak TPQ bagi anak-anak dan remaja, tumbuhnya madrasah diniyah di langgar, masjid dan mushola, banyak jama’ah pengajian di hampir setiap RT dan RW, jama’ah yasin, khataman Al-Qur’an tahlil, diba’ dan masih banyak lagi kegiatan keagamaan yang lain.

2.    Ditambahnya jam pelajaran agama Islam di sekolah - sekolah umum dan diwajibkannya dapat  membaca Al-Qur’an, bagi murid-murid Sekolah Dasar yang tamat kelas VI oleh Pemerintah.

3.    Semakin banyak warga masyarakat  Muslim yang menunaikan ibadah haji.

4.    Meningkatnya kesadaran berzakat, infaq dan sodaqoh bagi PNS dan Guru.

Dengan demikian, jika pemerintah, para ustad, kyai, ulama’, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan dan ormas-ormas Islam lebih memperhatikan terhadap anak-anak, para remaja dan generasi muda, tentu sangat memberi harapan masa depan yang lebih baik dan menjanjikan.

Namun dengan maraknya kema’rufan di sekitar kita, ternyata marak juga kemunkaran. Berbicara tentang kemunkaran kiranya dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama kemunkaran yang tidak berdampak langsung merugikan pada pihak lain misalnya kufur nikamat yaitu tidak menjalankan syareat agama yang dianut. Contohnya mengaku beragama Islam tapi tidak mau menegakkan rukun Islam dalam kehidupan. Dan inilah sebenarnya kemunkaran yang paling besar, sementara jenis kemunkaran ini disekitar kita jumlahnya tidak sedikit. Tetapi karena tidak dirasakan merugikan pihak lain dan tidak meresahkan, dianggap bukan kemunkaran.

Jenis kemunkaran ini tentunya menjadi bidang garap para ustadz, kyai, ulama’ dan orang-orang yang siap Islam menuju kaffah. Kedua, kemunkaran yang meresahkan dan sering berdampak merugikan pihak lain bahkan termasuk penyakit sosial yaitu miras, narkoba, pencurian, perzinaan, penipuan, perjudian, korupsi dll. Kemunkaran jenis ini ternyata marak juga di daerah kita.

Amar ma’ruf nahi munkar

Dalam hal “Amar ma’ruf nahi munkar” kita mencoba melontar beberapa pertanyaan. Pertama, siapa yang berkewajiban dan bertanggung jawab “Amar ma’ruf” ? Sebagian jawabnya adalah bahwa yang seharusnya bertanggung jawab yaitu orang-orang Islam yang sadar akan kewajibannya sebagai seorang Muslim dengan sentuhan panggilan Al-Quran : “ Ajaklah mereka kepada jalan Tuhan-Mu dengan cara hikmah dan berdialoglah dengan mereka dengan cara yang baik”. Sedang yang bertanggung jawab tentunya adalah setiap Muslim dan juga Pemerintah.

Pertanyaan yang kedua, siapa yang berkewajiban dan bertanggung jawab “ nahi munkar”?

Sebagian jawabnya adalah kembali kepada setiap umat Islam, para tokoh agama, ustadz, kyai, ulama’ lembaga sosial masyarakat dan utamanya adalah pemerintah. Insya Allah jika seluruh komponen ini bersinergi, bekerja sama dengan penuh semangat dan bersungguh-sungguh dalam menangani ataupun memberantas kemunkaran, niscaya  akan memperoleh hasil yang diharapkan oleh siapapun.

Pertanyaan ketiga, bagaimanakah cara beramar ma’ruf dan nahi munkar menurut Islam?  perlu kita sadari, bahwa amar ma’ruf lebih mudah dibandingkan dengan melakukan nahi munkar karena resikonya lebih kecil, Namun demikian bagi juru da’wah harus mampu menunjukkan intelektualitasnya dalam berdakwah. Memang tidak mudah untuk meyakinkan bahwa ajaran Islam itu indah, menyelamatkan dan menentramkan, karena itu juru da’wah yang memahami Islam secara utuh ( konprehensif ) yang mampu menyuguhkan Islam sebagai ajaran yang “ Rahmatan lil’alamin” dengan mampu menerjemahkan  ajaran Islam dengan bahasa cinta,bahasa yang mampu menggaet simpati sasaran da’wah.

 

Islam sama sekali tidak mengajarkan da’wah Amr ma’ruf nahi munkar dengan cara yang menakutkan, kasar atau tidak santun. Ironisnya, fakta di lapangan tidak seindah yang diharapkan; Masih banyak pengajian, tausiyah, forum keagamaan, tidak mampu meneteskan embun kesejukan, kepedulian, kerahmatan dan keramahan bagi jama’ahnya, sehingga jama’ah yang semula mengharapkan siraman rohani justru mundur teratur bahkan ada yang mundur tidak  teratur, disebabkan muatan da’wahnya berekspresi provokatif, menebarkan kebencian, kemarahan dan emosional.

Yang tidak boleh dilupakan bagi juru da’wah dalam beramar ma’ruf nahi munkar adalah berda’wah dengan seni dan strategi. Da’wah tanpa seni atau rasa seni dan strategi akan nampak sepi dan kasar bagi yang mendengar. Hal ini perlu diperhatikan  karena ketika dalam berda’wah hanya mengandalkan semangat yang tinggi tanpa seni dan strategi boleh jadi cuma memakan energy, apalagi bila lemah dalam interprestasi dan kurang mampu berkomunikasi.

Da’wah amar ma’ruf nahi munkar adalah upaya merubah suatu kondisi tertentu menuju kondisi yang lebih baik sesuai dengan ajaran agam Islam. Jadi dalam berda’wah intinya adalah perubahan bukan sekedar penyampaian. Karenanya da’wah haruslah dengungkan ajaran kebaikan wujudkan amal dan hasil, da’wah sekedar penyampaian mustahil untuk berhasil.

Sementara nahi munkar dirasa lebih berat dan lebih beresiko dibanding dengan amar ma’ruf. Karenanya bagi juru da’wah harus lebih menyiapkan diri dengan niat yang tulus, percaya diri yang lebih besar, mengedepankan rasa cinta kasih, husnudhon, tampil dengan ramah, memahami kondisi psikologis pelaku kemungkaran dan mengetahui latar belakangnya. Lebih efektif jika nahi munkar dilakukan sinergi dengan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah utamanya aparat keamanan.

          


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website